Pages

Senin, 12 November 2012

Cara mengganti Cursor di Blog anda


1. Login Blogger Ke http://www.blogspot.com/

2. Klik Desain /Rancangan



3. Pilih Edit HTML

4. Cari Kode </html>  Seperti gambar yang di bawah.biar lebih cepat mencarinya tekan Ctrl + F lalu Search

6.Saya Mencari Code Cursornya di http://www.cursors-4u.com

7. Copy Paste code yang kamu cari tadi

8 .Lalu Simplan Template, coba cek di blog mu apakah ada yang berubah

Minggu, 11 November 2012

Bubble Cursor Ketika Digerakkan


Untuk membuat effect cursor mengeluarkan buih di dalam blog anda, sila ikuti tutorial di bawah:


1) Log in akan blogger anda


2) Dashboard > Design > Add A Gadget > HTML / Javascript


3) Pada ruang HTML / Javascript, copy paste kode di bawah


<script type="text/javascript" src="https://sites.google.com/site/jombinabelogcursorbuih/bubble%20cursor.js"></script><script type="text/javascript">
// <![CDATA[
var colours=new Array("#FFFF33", "#FFFF33", "#FFFF33", "#FFFF33", "#FFFF33"); // colours for top, right, bottom andleft borders and background of bubbles

var bubbles=100; // maximum number of bubbles on screen
/****************************

* JavaScript Bubble Cursor *

* (c) 2010 mf2fm web-design *

http://www.mf2fm.com/rv *

* DON'T EDIT BELOW THIS BOX *

****************************/

var x=ox=400;

var y=oy=300;

var swide=800;

var shigh=600;

var sleft=sdown=0;

var bubb=new Array();

var bubbx=new Array();

var bubby=new Array();

var bubbs=new Array();

window.onload=function() { if (document.getElementById) {

var rats, div;

for (var i=0; i<bubbles; i++) {

rats=createDiv("3px", "3px");

rats.style.visibility="hidden";

div=createDiv("auto", "auto");

rats.appendChild(div);

div=div.style;

div.top="1px";

div.left="0px";

div.bottom="1px";

div.right="0px";

div.borderLeft="1px solid "+colours[3];

div.borderRight="1px solid "+colours[1];

div=createDiv("auto", "auto");

rats.appendChild(div);

div=div.style;

div.top="0px";

div.left="1px";

div.right="1px";

div.bottom="0px"

div.borderTop="1px solid "+colours[0];

div.borderBottom="1px solid "+colours[2];

div=createDiv("auto", "auto");

rats.appendChild(div);

div=div.style;

div.left="1px";

div.right="1px";

div.bottom="1px";

div.top="1px";

div.backgroundColor=colours[4];

div.opacity=0.5;

if (document.all) div.filter="alpha(opacity=50)";

document.body.appendChild(rats);

bubb[i]=rats.style;

}

set_scroll();

set_width();

bubble();

}}

function bubble() {

var c;

if (x!=ox || y!=oy) {

ox=x;

oy=y;

for (c=0; c<bubbles; c++) if (!bubby[c]) {

bubb[c].left=(bubbx[c]=x)+"px";

bubb[c].top=(bubby[c]=y)+"px";

bubb[c].width="3px";

bubb[c].height="3px"

bubb[c].visibility="visible";

bubbs[c]=3;

break;

}

}

for (c=0; c<bubbles; c++) if (bubby[c]) update_bubb(c);

setTimeout("bubble()", 40);

}

function update_bubb(i) {

if (bubby[i]) {

bubby[i]-=bubbs[i]/2+i%2;

bubbx[i]+=(i%5-2)/5;

if (bubby[i]>sdown && bubbx[i]>0) {

if (Math.random()<bubbs[i]/shigh*2 && bubbs[i]++<8) {

bubb[i].width=bubbs[i]+"px";

bubb[i].height=bubbs[i]+"px";

}

bubb[i].top=bubby[i]+"px";

bubb[i].left=bubbx[i]+"px";

}

else {

bubb[i].visibility="hidden";

bubby[i]=0;

return;

}

}

}

document.onmousemove=mouse;

function mouse(e) {

set_scroll();

y=(e)?e.pageY:event.y+sleft;

x=(e)?e.pageX:event.x+sdown; }

window.onresize=set_width;

function set_width() {

if (document.documentElement && document.documentElement.clientWidth) {

swide=document.documentElement.clientWidth;

shigh=document.documentElement.clientHeight;

}

else if (typeof(self.innerHeight)=="number") {

swide=self.innerWidth;

shigh=self.innerHeight;

}

else if (document.body.clientWidth) {

swide=document.body.clientWidth;

shigh=document.body.clientHeight;

}

else {

swide=800;

shigh=600;

}

}

window.onscroll=set_scroll;

function set_scroll() {

if (typeof(self.pageYOffset)=="number") {

sdown=self.pageYOffset;

sleft=self.pageXOffset;

}

else if (document.body.scrollTop || document.body.scrollLeft) {

sdown=document.body.scrollTop;

sleft=document.body.scrollLeft;

}

else if (document.documentElement && (document.documentElement.scrollTop || document.documentElement.scrollLeft)) {

sleft=document.documentElement.scrollLeft;

sdown=document.documentElement.scrollTop;

}

else {

sdown=0;

sleft=0;

}

}

function createDiv(height, width) {
var div=document.createElement("div");
div.style.position="absolute";
div.style.height=height;
div.style.width=width;
div.style.overflow="hidden";
return (div);
}

// ]]>
</script>
* Untuk menukar warna bubble, tukarkan kod berwarna kuning di atas kepada kode warna pilihan anda. Pilih kod warna di sini 



4) Klik Save dan lihat hasilnya.






Selasa, 23 Oktober 2012

Asal Usul Kartu Kuning dan Merah Di Sepak Bola


Apakah anda pernah memikir asal usul kartu kuning dan merah sepak bola ?
Dalam sepakbola ada dua kartu, kuning dan merah. Kartu kuning diberikan oleh pemain yang melakukan pelanggaran. Kartu ini bisa dibilang kartu peringatan, artinya pemain masih diperbolehkan bermain sepanjang tidak melakukan pelanggaran lagi.
Sementara kartu merah adalah tanda bahwa si pemain harus meninggalkan lapangan karena melakukan pelanggaran yang sangat keras.
Selain itu, bisa juga kartu merah dikeluarkan wasit karena pemain tersebut sebelumnya telah mendapat kartu kuning, namun melakukan pelanggaran lagi sehingga langsung dikartumerah oleh wasit.
Menariknya, meskipun sepakbola moderen telah berkembang sejak lama, penggunaan kartu kuning dan merah ternyata baru diperkenalkan pada piala dunia 1970.
Dalam situs resmi FIFA disebutkan, pemikiran mengggunakan kartu dimulai sejak piala dunia 1966 di Inggris. Diceritakan, dalam pertandingan perempat final antara tuan rumah Inggris dan Argentina, wasit mengusir kapten Argentina, Antonio Rattin, karena dinilai melakukan melakukan pelanggaran keras.
Repotnya, perintah wasit asal Jerman bernama Rudolf Kreitlein itu tak dimengerti oleh Rattin. Untung wasit Inggris yang ikut bertugas di pertandingan itu, Ken Aston, masuk ke lapangan dan menjelaskan kepada Rattin bahwa harus meninggalkan lapangan.
Karena kasus ini, Ken Aston berupaya memikirkan suatu cara bagaimana supaya ada semacam komunikasi universal yang bisa langsung diketahui semua orang, ketika wasit memberi peringatan kepada pemain atau mengeluarkannya dari lapangan.
Suatu hari, dia berhenti di perempatan jalan. Melihat lampu lalu lintas, dia kemudian mendapatkan ide. Kemudian, dia mengusulkan agar wasit dibekali kartu kuning dan merah. Ide itu diterima FIFA. Pada Piala Dunia 1970, kartu kuning dan merah resmi digunakan.
Anehnya, meski ide tersebut datang dari wasit Inggris, negeri itu tak serta merta menerapkannya di kompetisi mereka. Kartu merah dan kuning baru digunakan di kompetisi sepak bola Inggris pada 1976. Pasalnya, wasit kemudian terlalu mudah mengeluarkan kartu dan diprotes banyak pemain. Oleh sebab itu, penggunaannya sempat dihentikan pada 1981 dan 1987.